Jumat, 18 Februari 2011

PANDANGAN TENTANG MANUSIA

BAB I
PANDANGAN TENTANG MANUSIA

Dokumen Informasi

Judul Materi Pandangan Tentang Manusia
Sumber Pemikiran Kependidikan dari Filsafat ke Ruang Kelas.
Penulis Prof. DR. Dwi Nugroho Hidayanti, M. Pd (2009)
Penulis Laporan Muhammad Hajirin Nur .
Mahasiswa S2 Teknologi Pendidikan Semester 1 Universitas Mulawarman
Kata kunci Hakikat Manusia, Pola Kepribadian Manusia dan Manusia Indonesia Ideal
Bentuk artikel Laporan Kertas/ Materi Buku
Penerbit Lekdis. (Percetakan Artha Karya Indonesia) Jakarta.
Abstrak/ Materi
































































































































































































































A. Hakikat Manusia

Memahami manusia adalah memahami diri sendiri. Individu lain adalah representasi dari dirinya sendiri. Akan tetapi di dalam diri setiap manusia, baik sebagai individu maupun dalam suatu komunitas, tetap mengandung misteri yang tidak dapat terungkap secara tuntas. Poespowardoyo dalam buku Sekitar Manusia: Bunga Rampai tentang Filsafat Manusia, mengulas secara panjang lebar hakekat manusia dalam rangka manusia seutuhnya. Dikatakan bahwa, membicarakan manusia, baik dari sisi hidup, arti dan peranan eksistensia merupakan persoalan yang tidak pernah basi. Manusia selalu menjadi pokok permasalahan. Persoalan apapun yang terjadi di dunia ini pada dasarnya dan akhirnya berkaitan dengan manusia. Manusia merupakan tema central dalam setiap peristiwa di muka bumi ini.
Dalam kehidupan nyata terdapat berbagai pendapat tentang manusia. Manusia menurut seorang theolog, manusia menurut psikolog, manusia menurut antropolog, dan manusia menurut ahli-ahli yang lain. Masalahnya disini, bukan manusia menurut siapa. Akan tetapi adalah manusia seutuhnya, manusia sebagai manusia. Oleh karena itu, telaah terhadap persoalan manusia dapat ditempuh dengan cara memberikan makna terhadap eksistensi manusia itu sendiri.
Manusia adalah makhluk yang unik, ia adalah subjek sekaligus objek. Dirinya berpikir untuk mempersoalkan dirinya. Pandangan ini didasarkan atas filsafat yang menelaah manusia. Immanuel Kant (1724-1804), seorang filosuf terkenal pada zaman modern yang menghormati ide-ide pendidikan mengajukan beberapa pertanyaan filsafati untuk mengungkap tabir misteri manusia. Beberapa pertanyaan yang ia ajukan ialah: (1) Apakah manusia itu?; (2) Apa yang boleh saya perbuat?; (3) Apakah yang dapat saya ketahui?; (4) Apa yang saya harapkan?. Keempat pertanyaan tersebut ialah pertanyaan antropologi, etika, metafisika, dan religius. Jawaban atas keempat pertanyaan ini dapat mendekati eksistensi manusia secara utuh sebagai objek.
Antropologi mempelajari manusia beserta hasil karyanya dan hasil dari perbuatan manusia seperti cara manusia mengatasi alam sekelilingnya, sistem kehidupan sosial, perkawinan, bahasa, kesenian dan sebagainya. Dalam hal ini manusia mencoba mengerti diri sebagai realitas yang konkret dalam hubungan dengan dunia nyata dimana manusia hidup. Manusia mengakui fakta keberadaannya sebagai manusia dan tugas yang wajib ditunaikannya untuk tetap menyatakan dirinya sebagai manusia, yaitu dengan berbudaya.
Dalam etika, manusia mempertanyakan kaitan dirinya dengan norma dan sesamanya. Disini dipersoalkan mengapa suatu tindakan dikatakan baik sehingga dianjurkan untuk dilakukan, sementara yang lainnya dikatakan jelek sehingga tidak boleh dilakukan. Tindakan manusia dinilai berdasar ide-ide umum, berdasar ukuran-ukuran yang umum diterima oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
Pertanyaan metafisika mencoba mengaitkan keberadaan manusia dengan dimensi lain, yaitu zat di balik yang tampak. Realitas yang tidak tampak adalah realita ultimate (yang sebenarnya, yang dicari manusia) sehingga manusia cenderung berusaha mendapatkan kebenaran yang ultimate ini melalui jalan yang disebut religi. Pada gilirannya, kenyataan metafisik ini menghadapkan manusia dengan masalah-masalah religi. Dalam religi manusia mengikatkan diri untuk memperoleh kepuasan untuk mendapatkan jawaban dari mana ia berasal dan kemana ia akan kembali.
Pemahaman terhadap hakekat manusia dapat mendekati kebenaran (bukan kebenaran mutlak), dengan mengakui kenyataan-kenyataan sebagimana dijelaskan diatas. Dengan kata lain, upaya memahami jati diri manusia dapat dilakukan dari dimensi individual, dimensi sosial, dimensi kesusilaan, dan dimensi keagamaan.

1. Dimensi Individual
Pada dimensi individual, manusia terwujud dari ciri-ciri khas yang juga dimiliki oleh makhluk selain manusia. Sebagaimana makhluk level bawah, manusia memiliki dorongan atau keinginan untuk tetap hidup. Perbuatan-perbuatannya seolah-olah diarahkan untuk itu. Dirinya merupakan kesatuan, dimana keseluruhan bagian-bagian dari dirinya beserta aktivitas-aktivitas dari bagian-bagian tersebut seolah-olah diatur sedemikian rupa untuk melayani keinginan dan kepentingan dirinya.
Sebagai makhluk berperilaku, maka semua tingkah laku manusia itu mengandung maksud. Sebagai makhluk alamiah, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu. Ia membutuhkan makanan dan minuman agar badannya tetap sehat dan bugar. Ia membutuhkan hiburan agar tidak stres dan tidak membosankan, dan ia juga butuh belajar. Dapat dikatakan bahwa, manusia adalah makhluk yang serba butuh fisik dan rohani.

2. Dimensi Sosial
Manusia adalah makhluk yang harus hidup bermasyarakat untuk kelangsungan hidupnya, baik yang menyangkut pengembangan pikiran, perasaan dan tindakannya serta agar dapat mengembangkan sifat-sifat kemanusiaan dalam lingkungan manusia.
Interaksi antar manusia tumbuh sebagai suatu keharusan oleh karena kondisi kemanusiaannya seperti; kebutuhan biologis dan psikologis. Kondisi manusia tersebut menuntut adanya kerjasama dengan manusia lain. Kodrat manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosial, menyebabkan timbulnya bentuk-bentuk organisasi sosial yang berdiri atas landasan simbiotik-sinergistik, saling memberi manfaat atas dasar tingkah laku fisik, bersifat otomatis dan merupakan komunikasi sosial. Organisasi ini dimaksudkan sebagai sistem sosial yang berhubungan dengan status, norma, kelompok dan kelembagaan.
Status erat kaitannya dengan peranan seseorang dalam masyarakat. Status dan norma mewujudkan dirinya dalam pengakuan kelompok, karena kelompok merupakan wadah dari tingkah laku manusia secara bersama atas objek perhatian yang sama. Begitu juga dengan kelembagaan yang merupakan tingkah laku yang diorganisasi secara teratur yang menyangkut kebisaan dan adat istiadat.

3. Dimensi Kesusilaan
Manusia merasa bahwa didalam jiwanya ada suatu kekuatan yang memperingatkan perbuatan buruk dan usaha mencegah dari perbuatan itu. Manusia pada umumnya mengetahui ada baik dan ada buruk. Pengetahuan bahwa ada baik dan ada buruk itu disebabkan kesadaran kesusilaan. Akan tetapi kesadaran ini tidak setiap saat selalu ada pada manusia. Dengan perkataan lain, hal ini belum dimiliki ketika manusia masih kecil. Memang manusia pada saat baru dilahirkan telah memiliki daya-daya sebagai sekumpulan potensi, tetapi belum dapat dipergunakan. Sebagai misal, daya mengeluarkan ungkapan melalui kata, daya mengambil keputusan dan daya tahu yang sebenarnya. Ini semua memerlukan kesadaran dan pengetahuan. Jadi, daya-daya yang telah ada sejak kecil itu baru bisa muncul dan berkembang apabila ada pertolongan dari orang lain. Perkembangannya memerlukan pendidikan, teladan dan bimbingan. Dalam perkembangannya, kesadaran etis akan berfungsi untuk memberi putusan terhadap baik buruknya suatu tindakan.

4. Dimensi Keagamaan
Untuk menjaga netralitas agar tidak bersinggungan dengan bentuk-bentuk kepercayaan dan iman pemeluk agama tertentu, maka pembahasan dimensi keagamaan didasarkan pada hubungan manusia sebagai pribadi dengan Tuhannya dari perspektif universal.
Keberadaan Tuhan tidak bisa dibuktikan dengan akal tetapi dengan iman. Pada umumnya manusia mencari dan menekankan pentingnya keselamatan batin dan keselamatan manusia di akhirat. Agama disini mencakup kepercayaan tentang nilai dan tujuan akhir kehidupan di dunia. Adalah wajar jika rumusan tentang tujuan kegiatan pendidikan diserasikan dengan kepercayaan atau agama yang dianut individu atau kelompok.
Sebagaimana kata orang bijak: “ kenalilah dirimu sendiri, niscaya engkau akan mengenal Tuhanmu”. Dalam akal budi manusia menjadi sadar tentang dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan prinsip yang menjadi dasar pandangan tentang manusia, sebagaimanan yang diajukan Al-Syaibani bahwa, manusia mempunyai tiga matra yang sama sisinya, yaitu badan-akal-ruh. Ketiga matra ini menjadi kesatuan. Matra-matra yang telah menyatu ini cenderung untuk mencari kebenaran abadi dan kesediaan mengorbankan jiwa raga serta harta untuk mempertahankan kebenaran itu.
Dari Agama manusia mengambil nilai, mendapat arah dan segala dasar yang pokok. Secara naluriah manusia selalu rindu dibimbing oleh penciptanya menuju kesempurnaan hidup. Inilah dasar keagamaan yang tidak bisa diingkari.

B. Pola Kepribadian Manusia
Pola kepribadian manusia dapat dicermati berdasarkan aspek yang melekat pada setiap pribadi, baik dari dimensi individual, dimensi social, dimensi susila dan dimensia keagaman. Oleh karena itu membicarakan pola kepribadian manusia berarti menilik secara lebih dalam setiap dimensi tersebut.

1. Tilikan Dimensi Individual
Pengertian individu mengacu pada pengertian pribadi atau pesona dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Memahami dimensi individual berarti juga mengakui sebagai pribadi yang selalu tumbuh dan berkembang. Perkembagan disini berarti adanya perubahan-perubahan secara wajar.
Perkembangan setiap individual dapat dipengaruhi oleh perbedaan karakter. Kekuatan atau kelemahan individu dapat dicermati dari kecakapan jiwa atau kecakapan khusus. Hampir semua ahli mengakui bahwa setiap individu yang lahir memiliki beberapa sifat khas manusia, yaitu rasa takut, sedih, marah, benci



2. Tilikan Dimensi Sosial
Manusia perlu berhubungan dengan manusia lain. Hubungan atau pergaulan merupakan cirri hakiki manusia. Pendidikan adalah pergaulan antara anak manusia dengan manusia dewasa. Cita-cita pendidikan adalah pendewasaan. Kedewasaan tidak perlu dicapai dengan paksaan. Melainkan memberikan kesadaran kepada anak itu sendiri.

3. Tilikan Dimensi Kesusilaan
Manusia merupakan makhluk individu, makhluk social dan makhluk susila. Melalui dimensi susila, manusia diarahkan untuk mengenal, , melaksanakan dan menghayati nilai-nilai sebagai aturan hidup baik untuk dirinya sendiri maupun kelompoknya.
Peranan pendidikan dalam perkembangan individu sesuai dengan perkembangan susila ialah perlakuan yang bijaksana dengan memberikan contoh, nasihat, dan tingkah laku yang nyata dalam kegiatan sehari-hari.

4. Tilikan Dimensi Keagamaan
Pengetahuan menusia memiliki sumber yang bermacam-macam, walaupun demikian yang menjadi sumber pokok pengetahuan ada lima yaitu indera, akal, intuisi, ilham dan wahyu ilahi.
Bagaimana peranan relegi untuk mengembangkan kehidupan manusia dan bagaimana manfaatnya bagi pendidikan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu penelaahan tentang prinsip-prinsip dasar dari nilai-nilai yang terkandung dalam relegi, yakni :
a. Religi memberikan ajaran tentang nilai-nilai yang benar secara pasti.
b. Wujud religi merupakan suatu sistim kebudayaan, di mana religi mewariskan suatu pola turun temurun dari asal relegi kepada pemeluknya.
c. Ajaran-ajaran tentang nilai-nilai religi memberikan kesejukan dan rasa aman serta kepastian bagi dirinya dalam menjalani kehidupannya.
d. Religi selalu membuat dan memuat ajaran kesusilaan yang berlaku universal.

C. Sosok Manusia Indonesia Ideal
Menetapkan sosok manusia Indonesia ideal terkait dengan perjalanan zaman yang dialami bangsa ini. Menurut para ahli manusia Indonesia ideal antara lain :
a. Soedijarto (1996) sosok ideal, adalah (orang yang) beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b. Sanusi (1999) sosok ideal ialah masyarakat yang demokratis yang sarat dengan Imtak, yang mengutamakan budaya moral, budaya berpikir cerdas, budaya bersikap jujur dan adil, budaya hukum, budaya teknologi modern, budaya kebebasan dan persaingan sehat.
c. Djoyonegoro (1996) sosok ideal adalah manusia unggul yakni individu yang mampu mewujudkan secara maksimum dan berkelanjutan segenap potensi yang ia miliki untuk meraih prestasi terbaik dalam kerangka kehidupannya.
Tujuan Penulis
Tujuan penulis yang dapat diambil dari bab ini antara lain, penulis ingin mengemukan :
1. Hakikat Manusia,
2. Pola Kepribadian Manusia dan
Manusia Indonesia Ideal
Fakta Unik
Fakta unik atau hal penting yang terdapat dalam materi, yakni :
1. Memahami manusia adalah memahami diri sendiri.
2. Manusia adalah makhluk yang unik, ia adalah subjek sekaligus objek.
3. Memahami jati diri manusia dapat dilakukan dari dimensi individual, dimensi sosial, dimensi kesusilaan, dan dimensi keagamaan.
4. Pola kepribadian manusia dapat dicermati berdasarkan aspek yang melekat pada setiap pribadi, baik dari dimensi individual, dimensi social, dimensi susila dan dimensia keagaman.
5. Prinsip-prinsip dasar dari nilai-nilai yang terkandung dalam relegi, yakni :
a. Religi memberikan ajaran tentang nilai-nilai yang benar secara pasti.
b. Wujud religi merupakan suatu sistim kebudayaan, di mana religi mewariskan suatu pola turun temurun dari asal relegi kepada pemeluknya.
c. Ajaran-ajaran tentang nilai-nilai religi memberikan kesejukan dan rasa aman serta kepastian bagi dirinya dalam menjalani kehidupannya.
d. Religi selalu membuat dan memuat ajaran kesusilaan yang berlaku universal.
6. Menetapkan sosok manusia Indonesia ideal terkait dengan perjalanan zaman yang dialami bangsa itu sendiri.



Konsep
Konsep yang muncul dari paparan materi, antara lain :
1. Hakikat Manusia.
Manusia menurut seorang theolog, manusia menurut psikolog, manusia menurut antropolog, dan manusia menurut ahli-ahli yang lain.

2. Pola Kepribadian Manusia.
Jati diri manusia dilihat dari dimensi individual, dimensi sosial, dimensi kesusilaan, dan dimensi keagamaan.

3. Manusia Indonesia Ideal
Kajian tentang sosok manusia Indonesia ideal menurut para ahli.

Pertanyaan
Apa upaya yang harus dilakukan agar menjadi sosok guru Indonesia yang ideal?
Refleksi diri
Sebagai sebuah refleksi diri setuju atau tidak setuju, seorang pendidik harus mampu melakukan inovasi-inovasi dan pembaharuan dalam berbagai upaya untuk mencerdaskan anak bangsa dalam merealisasikan manfaat ilmu pengetahuan dalam kehidupan.













BAB II
HAKIKAT PENDIDIKAN

Dokumen Informasi

Judul Materi Hakikat Pendidikan
Sumber Pemikiran Kependidikan dari Filsafat ke Ruang Kelas.
Penulis Prof. DR. Dwi Nugroho Hidayanti, M. Pd (2009)
Penulis Laporan Muhammad Hajirin Nur .
Mahasiswa S2 Teknologi Pendidikan Semester 1 Universitas Mulawarman
Kata kunci Hakikat pendidikan, Pendidikan dan pembelajaran, Pendidikan dan belajar sepanjang hayat, Unsur pendidikan, Komponen kegiatan belajar mengajar, Belajar terampil berbasis keterampilan belajar dan Pembaharuan kurikulum dan keterampilan belajar
Bentuk artikel Laporan Kertas/ Materi Buku
Penerbit Lekdis. (Percetakan Artha Karya Indonesia) Jakarta.
Abstrak/ Materi
























































































































































































































































































































































































































HAKIKAT PENDIDIKAN

A. Defenisi Pendidikan
Digali dari pengertian secara harfiah, kata pendidikan berasal dari bahasa latin, yakni E dan ducare. E = keluar, ducare = memimpin. Dengan demikian, Educare berarti membimbing untuk mengeluarkan kemampuan atau potensi yang tersimpan dalam setiap individu anak.
Dalam bahasa Inggris pendidikan (education) berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.

Jadi Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara).
Pendidikan adalah aktivitas atau usaha manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani untuk memperoleh hasil dan prestasi.
Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan. Dalam arti luas pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat.

B. Situasi Pendidikan
Siapa yang berhak menamakan dirinya sebagai pendidik?
Jawabnya :
• Pendidik mencakup orang dewasa (orang yang mampu berdiri sendiri)
• Orang tua (Pendidik kodrati yang berlangsung selama hidup yang didasarkan cinta kasih, pendidik pertama dan utama terutama ibu)
• Guru (Pendidik formal yang secara tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memikul tanggung jawab pendidikan dengan berbagai persyaratan (pribadi dan jabatan) yang harus dipenuhi, juga terikat dengan kode etik)
• Pemimpin masyarakat (Pribadi-pribadi yang memiliki pengaruh terhadap lingkungannya)
• Pemimpin agama (Tokoh-tokoh yang memahami urusan-urusan keagamaan kaitanya dengan urusan kemasyarakat, bahkan tidak jarang tokoh keagamaan sekaligus pemimpin masyarakat atau ketua adat)
C. Pendidikan dan pembelajaran
Berbicara pendidikan dan pembelajaran terkait dengan berbagai aspek yang melengkapi kehidupan guru, siswa, kondisi di kelas, dan hasil yang diperoleh dari proses pendidikan atau pembelajaran.
Pembelajaran sebagai bagian dari pendidikan merupaka determinan kualitas proses pendidikan. Pendidikan dapat dibangun dengan :
1. Peningkatan kualitas
2. Peningkatan efektivitas dan efisiensi
3. Peningkatan relevansi
4. Pemerataan
Keberhasilan proses pendidikan juga tergantung pada :
1. Perencanaan pembelajaran yang dibuat
2. Lamanya pendidikan diberikan
3. Perlengkapan yang disediakan
4. Bentuk pimpinan
5. Kualitas dari pendidik-pendidiknya
Rencana pembelajaran dapat didasarkan pada kehidupan yang sedang berlaku, tetapi sangguh mengubah kehidupan yang sedang berlaku. Pendidikan merupakan salah satu pengaruh pimpinan menuju kearah perbaikan berkelanjutan, Jika demikian halnya, niscaya pendidikan dapat mencapai apa yang menjadi tujuannya.
Ditilik dari variable konteks, pembelajaran diarahkan dalam membentuk kemandirian anak didik. Mulai dari kurikulum 1995, KBK(2006), bahwa setiap :
1. Siswa tetap dijadikan dasar dalam pengorganisasian pengalaman belajar.
2. Siswa adalah pusat dalam proses pembelajaran.
3. Kegiatan belajar dan mengajar bukan untuk guru, tetapi untuk siswa.


Oleh karena perhatian terhadap berbagai aspek yang terkait dengan kehidupan siswa merupakan prioritas, dengan keyakinan bahwa hal itu akan memberikan dampak yang lebih baik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ditilik dari variable proses, jelas sekali bahwa kualitas aktivitas guru di kelas dalam interaksi antara guru – siswa, siswa – siswa sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan secara optimal.
D. Pendidikan dan Proses Menjadi

Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagau kelompok dalam bermasyarakat. Proses peningkatan mutu kehidupan atau menuju kehidupan yang lebih baik sering disebut dengan proses menjadi (on becoming).
Proses menjadi bukan hanya berlaku terhadap individu. Masyarakat secara kolektivitas juga mengalami pendidikan. Jika terjadi hambatan berarti kita menghadapi bentuk masyarakat yang konservatif feodalis. Ciri masyarakat ini antara lain :
1. Rendah produktivitas
2. Miskin kreativitas
3. Cendrung menentang upaya-upaya pembaharuan
4. Cendrung pada kemapanan yang telah dicapai
5. Suka pada statusquo

Abraham Maslow (1970) menekankan pendidikan sebagai proses menjadi dalam bukunya berjudul Motivation and Personality . Proses menjadi berlangsung secara bertahap mengikuti kebutuhan-kebutuhan dari kebituhan yang paling dasar menuju kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri.



6
Tertinggi Kebutuhan beragama
5 Aktualisasi diri
4 Harga diri
3 Pengakuan
2 Rasa aman
1
Terendah Kebutuhan dasar
Aktualisasi diri oleh Maslow pada awalnya dinyatakan sebagai kebutuhan tertinggi, suatu puncsk dari proses menjadi (on becoming) yang mungkin dicapai individu sekitar usia 35 atau 40 tahun.

E. Pendidikan dan belajar sepanjang hayat

Kemampuan bayi berinteraksi dan beradaptasi dengan dunia luar berfungsi sebagai basis untuk perkembangan selanjutnya. Belajar pada usia bayi yang sangat muda akan menjadi fondasi seluruh pristiwa belajar yang akan terjadi pada kehidupannya nanti hingga akan secara berurutan dilanjutkan pada anak hingga dewasa.
Orang dewasa mengalami seluruh peristiwa belajar masalah social, dan hal ini menjelaskan bahwa mereka dapat dan mempunyai kebiasaaan beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yang berarti mereka itu belajar.
Pertanyaan yang mendasar bagi pelaksanaan pendidikandan belajar sepanjang hayat ialah : Apa yang harus dimiliki individu untuk dapat menjalani pendidikan dan belajar seumur hidup? Jawabannya ialah pada pola pendidikan apa yang diterima mereka ketika menjalani masa-masa awal pendidikan di rumah.
Guru memiliki peran dalam pembentukan sikap anak didik agar mampu belajar dan menjalani pendidikanseumur hidup.
Ralp W. Tyler dalam buku Basic Principle of Curriculum and Intruction (1949) mengembangkan beberapa prinsip penyajian pembelajaran yang tetap relevan hingga saat ini, yaitu prinsip sekuens dan kontuinitas. Dalam belajar dan pendidikan sepanjang hayat, kedua prinsip itu sejalan dengan apa yang disebut integrasi vertical dan integrasi horizontal.

F. Unsur pendidikan
1. Anak didik.
Individu yang harus mengalami proses yang disebut dengan proses pendidikan. Proses ini akan berlangsung dalam situasi pendidikan yang dialaminya.
Anak didik sebagai orang yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya. Ketergantungan anak didik bersifat sementara. Pada suatu saat anak didik diharapkan mampu berdiri sendiri, sehingga ketergantungannya semakin lama semakin berkurang. Pada saat anak dewasa dan dapat berdiri sendiri bantuan tidak diperlukan lagi.
Hal-hal yang perlu disadari oleh pendidik dalam menjalankan peran, anatara lain :
a. Anak didik memang sebagai objek pendidikan, tetapi tidak identik dengan botol kosong
b. Anak didik tidak boleh dianggap sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil.
2. Pendidik.
orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik adalah orang yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi.
Menurut Meichati (1980), pendidik harus memenuhi beberapa syarat :
a. Perhatian dan kesenangan kepada anak didikdan pendidikan
b. Kecakapan merangsang ank didik untuk belajar dan mendorong untuk berpikir.
c. Simpatik
d. Jujur dan adil
e. Bersedia menyesuaikan dan memperhatikan orang lain
f. Memiliki tempramen yang tenang dan mampu mengendalika diri
g. Memiliki ilmu pengetahuan secara luas

3. Tujuan Pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia, juga menetapkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan secara abstrak sampai kepada rumusan tujuan yang disusun secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang abstrak dan tinggi.
Langeveld (1960) membagi tujuan pendidikan menurut jenisnya menjadi enam, yakni :
1) Tujuan umum sempurna mutakhir
2) Tujuan insendital-mewaktu-momental
3) Tujuan yans belum sempurna
4) Tujuan sementara-perkembangan
5) Tujuan pengkhususan tinjauan umum
6) Tujuan perantara-intermedier

Menurut baheram (1972:21) ada enam tujuan pendidikan :
• Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai diakhir proses pendidikan yaitu tercapainya kedewasaan jasmani dan rohani anak didik.
• Tujuan khusus adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar usia, jenis kelamin, sifat, bakat, intelligence, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan syarat pekerjaan dsb.
• Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang menyangkut semua aspek psikologis, biologis, atau sosiologis saja.
• Tujuan sementara
• Tujuan intermediet adalah tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok.
• Tujuan Insidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu yang sifatnya seketika dan spontan.

4. Lingkungan Pendidikan

Lingkunagan pendidikan mencakup segi kultural-idiologi, sosial-politik, sosial-antropologi, sosial-ekonomis, iklim-geografis. Selain itu juga perlu diperhatikan sejauh mana manusia mampu mengubah lingkungan tersebut, Yakni : Lingkungan yang tidak dapat diubah, lingkungan yang dapat diubah dan dipengaruhi, dan lingkungan secara sadar dan sengaja diadakan (Syaifullah, 1982).
Lingkungan yang berkaiatan dengan kemampuan manusia untuk merubah ialah kondisi geografis yang kurang kondusif dan tidak menguntungkan secara ekonomis, tatpi dengan teknologi dapat diubah menjadi lingkungan yang makmur dan menguntungkan secara social-ekonomi.

5. Alat pendidikan.

Alat pendidikan yang utama ialah percakapan antara pendidik dangan anak didik, atau situasi perbedaan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan dapat berupa :
a. Kewibawaan
b. Hadiah/ Ganjaran
c. Hukuman

Adalah hal yang tidak saja membuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik, tetapi juga mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi yang membantu pencapaian tujuan pendidikan. Abu ahmadi membedakan alat pendidikan:
• Alat pendidikan positif dan negatif. Positif dimaksudkan sebagai alat yang ditujukan agar anak mengerjakan sesuatu yang baik. Negatif dimaksudkan agar anak tidak mengerjakan sesuatu yang buruk.
• Alat pendidika preventif dan korektif. Preventif merupakan alat untuk mencegah anak mengerjakan sesuatu yang tidak baik. Korektif adalah alat untuk memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang telah dilakukan peserta didik.
• Alat pendidikan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Yang menyenangkan merupakan alat yang digunakan agar peserta didik menjadi senang. Tidak menyenangkan adalah alat yang dapat membuat peserta didik merasa tidak senang.

G. Komponen Kegiatan Belajar – Mengajar
Sebagai inti dari proses pendidikan secara formal adalah mengajar adalah mengajar, sedangkan inti pengajaran adalah siswa belajar.
Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi antara guru (pembelajar)dengan siswa (pebelajar) secara timbale balikberdasarkan seperangkat kurikulum yang didukung oleh sarana dan prasarana pengajaran.
Selanjutnya yang akan dibahas dalam tulisan ini, adalah :
• Mengapa kegiatan belajar mengajar perlu direkayasa?
• Dapakah kegiatan belajar mengajar menggagalkan pesan pembaharuan kurikulum?

1. Proses Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya (Ali, 1987 : 14)
Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan yang berlangsung dengan sengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari factor-foktor :
(1) Kesiapan (readiness), (2) Motivasi, (3)Tujuan yang ingin dicapai

Oleh J. Bruner (dalam Sukmadinata, 1988), menyatakan empat hal pokok dalam proses pendidikan pada umumnya dan proses belajar pada khususnya, yaitu :
(1) Peranan struktur bahan
(2) Proses belajar menekankan pada berfikir intuitif
(3) Masalah kesiapan dalam belajar (readiness)
(4) Dorongan untuk belajar (learning motives) serta bagaimana motivasi tesebut.

2. Proses Mengajar
Mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasidari guru kepada siswa. Banyaknya kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan terutama bila dikehendakihasil belajar siswa yang lebih baik.
Mengajar adalah sebagai upaya yang disengaja dalam rangka member kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Mengajar adalah penciptaan system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Beberapa konsep tentang mengajar, yaitu :
(1) Mengajar sebagai ilmu (teaching as a science)
(2) Mengajar sebagai teknologi (teaching as a tehnology)
(3) Mengajar sebagai suatu seni (teaching as a art)
(4) Mengajar sebagai keterampilan (teaching as a skill)

3. Tahap Sebelum Pengajaran
Pada tahap ini guru harus menyusun program tahunan, program catur wulan, program satuan pelajaran, program satuan pelajaran, dan perencanaan program mengajar. Aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan adalah tingkah laku masukan siswa (entering behavior pupil).

4. Tahap Pengajaran
Tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa group atau secara individual.
Situasi pengajaran itu sendiri banyak dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut :
(1) Faktor Guru (Gaya mengajar (teaching style) dan gaya mengajar dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan serta kurikulum yang dilaksanakan.
(2) Faktor Siswa (Keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian)
(3) Faktor Kurikulum (Bahan pelajaran isi kurikulum mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai)
(4) Faktor Lingkungan (a. keadaan ruangan, b. tata ruang dan c. berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau tempat berlangsungnya proses belajar mengajar)

5. Tahap Sesudah Pengajaran
Guru sebagai pemegang kunci (key person) sangat menentukan keberhasilan siswa. Guru bukan hanya berperan sebagai pengajar di kelas, melainkan guru juga sebagai komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang media pengajaran, peneliti, penyusun organisasi system pengajaran, dan pembimbing di sekolah maupun di masyarakat.

6. Proses Belajar-Mengajar dan Pembaharuan Kurikulum
Proses belajar mengajar yang merupakan sub system dari proses pendidikan di sekolah, dan didalammya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yakni (1) Guru, (2) Isi atau materi pelajaran, (3) Siswa. Interaksi ketiga komponen utama melibatkan sarana prasarana, seperti metode, media dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Degeng, 1988).
Proses belajar mengajar berintikan interaksi antara pebelajar dengan pembelajar (guru-siswa) untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah tercantum pada kurikulum.


H. Belajar Trampil Berbasis Ketrampilan Belajar
Beberapa dekade yang lalu telah diramalkan bahwa dunia akan dikuasai oleh orang yang menguasai teknologi dan hal ini telah terbukti. Gelombang dan arus informasi yang tak terbendung, Fenomena ini jelas memberikan inflikasi terhadap dunia pembelajaran, baik dari segi penyedian sumber belajar maupun cara membelajarkan siswa.
Pembelajaran yang bertujuan untuk memecahkan persoalan hidup dapat direkayasa.
1. Empat Pilar Pembelajaran
(1) Belajar untuk mengetahui
(2) Belajar untuk dapat melakukan
(3) Belajar untuk dapat mandiri
(4) Belajar untuk dapat bekerjasama

Searah dengan empat pilar pembelajaran, muncul satu pertanyaan tentang mana yang lebih penting antara belajar untuk hidup dan hidup untuk belajar. Pertanyaan ini diajukan untuk menguji paradigm pembelajaran yang lebih mudah menekankan pada pemerolehan keterampilan, karena disisi lain masih bertahan satu pandangan yang menyatakan bahwa belajar yang menghasilkan keterampilan belajar (bukan belajar keterampilan).
Model pembelajaran :
(1) Pembelajaran berbasis keterampilan hidup (Life Skilled Based Education).
(2) Keterampilan hidup (Skill to Earning a Living)

2. Makna Keterampilan Belajar
(1) Belajar adalah berubah (sekolah sebagai agen perubahan). Sekolah sebagai agen perubahan dan tempat berkembangnya aspek intelektual (head-on), moral (Heart-on), dan keterampilan (hand-on)
(2) Belajar untuk belajar (Learning to learn)

Harefa (2000 : 53) menulis apa yang diingatkan Jakob Sumardjo bahwa : Manusia hidup untuk belajar (learning how to be), bukan belajar untuk hidup(Learning how to do). Hidup untuk belajar searah dengan perlunya keterampilan belajar, dan belajar untuk hidup searah dengan belajar terampil.

3. Tujuan Keterampilan Belajar
Tujuan akhir dari terampil belajar ialah dimilikinya kemampuan memecahkan masalah secara bertanggung jawab.
Untuk sampai kepada kemampuan puncak, yakni kemampuan memecahkan masalah secara bertanggung jawab, individu perlu mengaktualisasikan segenap potensinya dan megekspresikannya secara otentik.
Freme untuk membangun bangsa seharusnya lebih membuka peluang bagi tumbuhnya kebutuhan berprestasi yang termanisfestasi pada keterampilan belajar. Dari keterampilan belajar ini akan tumbuh hasil belajar otentik (actual outcome) yang berupa prilaku mulia maupun karya yang bermanfaat bagi sesamanya.

4. Arah Belajar Terampil
Pendidikan siap pakai merupakan freme dari hasil belajar terampil. Namun terlepas dari semua itu, pada kenyataannya pengertian siap pakai ini juga menimbulkan berbagai pertanyaan mendasar yang sering dipertanyakan, yakni : siap pakai untuk siapa? Siap pakai untuk apa? Dan dimana? Konsep siap pakai bias diduga sebagai pesanan dari dunia industry untuk memenuhi kebutuhan tenaga terampil yang murah.
Dalam konteks membangun sumber daya manusiapun akan menjadi keliru jika fungsi sumber daya manusia ditempatkan hanya sekedar pekerja atau salah satu factor produksi.

5. Belajar Keterampilan Sebagai Sub Keterampilan Belajar
Pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia yang secara teknis – operasional dilakukan melalui pembelajaran. Program pembelajaran yang baik akan menghasilkan efek berantai pada kemampuan siswa untuk belajar secara terus menerus melaui sumber belajar yang tak terbatas.

6. Pembaharuan Kurikulum dan Keterampilan Belajar
Proses belajar perlu direkayasakarena perubahan-perubahan yang luar biasa. Proses belajar mengajar dapat menggagalkan pesan pembaharuan kurikulum jika pembelajar (guru) tidak dapat menjalankan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tujuan Penulis Tujuan penulis yang dapat diambil dari bab ini antara lain, penulis ingin mengemukan :
Hakikat pendidikan, Pendidikan dan pembelajaran, Pendidikan dan belajar sepanjang hayat, Unsur pendidikan, Komponen kegiatan belajar mengajar, Belajar terampil berbasis keterampilan belajar dan Pembaharuan kurikulum dan keterampilan belajar
Fakta Unik
Fakta unik atau hal penting yang terdapat dalam materi, yakni :
1. Dalam proses pendidikan hal yang harus diperhatikan adalah kehidupan siswa yang merupakan prioritas utama, dengan keyakinan bahwa hal itu akan memberikan dampak yang lebih baik untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Kualitas aktivitas guru di kelas dalam interaksi antara guru – siswa, siswa – siswa sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan secara optimal.

3. Prinsip dasar tentang pendidikan yang harus terwujud adalah, bahwa:
(1) Pendidikan berlangsung seumur hidup
(2) Tanggungjawab pendidikan merupakan tanggungjawab semua manusia: orangtua, masyarakat, dan pemerintah.
(3) Bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang yang disebut manusia seluruhnya.
4. Pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia yang secara teknis – operasional dilakukan melalui pembelajaran. Program pembelajaran yang baik akan menghasilkan efek berantai pada kemampuan siswa untuk belajar secara terus menerus melaui sumber belajar yang tak terbatas.
5. Proses menjadi bukan hanya berlaku terhadap individu. Masyarakat secara kolektivitas juga mengalami pendidikan. Jika terjadi hambatan berarti kita menghadapi bentuk masyarakat yang konservatif feodalis. Ciri masyarakat ini antara lain :
(1) Rendah produktivitas
(2) Miskin kreativitas
(3) Cendrung menentang upaya-upaya pembaharuan
(4) Cendrung pada kemapanan yang telah dicapai
(5) Suka pada statusquo
6. Pendidikan dapat dibangun dengan :
(1) Peningkatan kualitas
(2) Peningkatan efektivitas dan efisiensi
(3) Peningkatan relevansi
(4) Pemerataan
Konsep
Konsep yang muncul dari paparan materi, adalah rincian/ penjelasan tentang :
1. Hakikat pendidikan
2. Pendidikan dan pembelajaran,
3. Pendidikan dan belajar sepanjang hayat,
4. Unsur pendidikan,
5. Komponen kegiatan belajar mengajar,
6. Belajar terampil berbasis keterampilan belajar dan
7. Pembaharuan kurikulum dan keterampilan belajar
Pertanyaan
Apa upaya yang harus dilakukan agar menjadi sosok guru Indonesia yang ideal?
Dan mengerti hakikat pendidikan yang sebenarnya
Refleksi diri
Sebagai sebuah refleksi diri setuju atau tidak setuju, seorang pendidik harus mampu melakukan inovasi-inovasi dan pembaharuan dalam berbagai upaya untuk mencerdaskan anak bangsa dalam merealisasikan manfaat ilmu pengetahuan dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar