Minggu, 07 Oktober 2012

Tidak semua perbuatan baik dinilai baik Tidak ada pengorbanan tanpa ketulusan Tidak ada senja maupun pagi yang tak berlalu Hidup selalu berputar mengiringi waktu Namun kita terlalu asyik dengan mimpi sendiri Mimpi yang terhimpit asa Lorong gelap dan jurang terjal Tikungan tajam dan silaunya cahaya Terkadang tak mampu surutkan mimpi Walaupun kita sadar bahwa kenyataannya kita berada pada mimpi tak bertepi Sobat ingat dan sadarlah Apa yang sebenarnya yang kita kejar Apa yang sebenarnya yang kita harapkan ................................................./??????

Sabtu, 06 Oktober 2012

Pernikahan Adat Makassar Menurut Pandangan Islam

LAPORAN BANTEK 2012

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, menuju cita-cita nasional yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Bertitik tolak dari hakikat pembangunan nasional tersebut, maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia adalah suatu keharusan konseptual karena manusia adalah sasaran dan sekaligus subyek pembangunan. Pembangunan sumber daya manusia dalam pembahasan ini dimaksudkan untuk mewujudkan manusia Indonesia berkualitas, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pembangunan sumber daya manusia Indonesia akan menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional karena manusia adalah pelaku sekaligus sasaran pembangunan yang akan menentukan berhasil-tidaknya pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang. Proses nilai tambah sumber daya manusia dapat menjadi anteseden terjadinya proses nilai tambah produktivitas yang akan menghasilkan nilai tambah ekonomi yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan dan pada gilirannya akan meningkatkan harkat dan martabat bangsa yang merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan nasional. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana menyelenggarakan pendidikan nasional yang fungsional untuk mewujudkan manusia Indonesia berkualitas seperti telah dikemukakan. Oleh karena itu, dalam mengkaji perwujudan manusia Indonesia berkualitas, akan dikemukakan strategi pengembangan sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan yang pembahasannya akan diarahkan pada empat hal, yaitu (1) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, (2) peningkatan kualitas pendidikan nilai dan pendidikan akhlak di tingkat pendidikan dasar, (3) upaya pengoptimalan fungsi pendidikan untuk menghasilkan manusia Indonesia yang siap dan mampu bekerja dengan kualitas dan produktivitas tinggi dan (4) pendidikan dan pelatihan yang diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat pasca usia sekolah. Sebelum membahas keempat hal tersebut, terlebih dahulu akan dikemukakan permasalahan pendidikan nasional. Metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasan ini adalah analisis rasional dan kritis terhadap perkembangan pendidikan nasional serta kemajuan dan hasil yang dicapai secara empiris dalam mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. 1. Permasalahan Pendidikan Nasional Permasalahan mendasar yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah kurang berfungsinya pendidikan nasional dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pembangunan nasional yang berbasis sumber daya alam Indonesia, yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Pendidikan nasional tidak berhasil dalam mendidik moral dan akhlak anak bangsa dan juga tidak berhasil dalam menanamkan nilai-nilai paradigma nasional yang terkandung dalam Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Bersamaan dengan kuatnya keinginan meningkatkan mutu pendidikan yang didukung oleh peningkatan komitmen untuk melipatgandakan dana pendidikan nasional, akhlak anak bangsa makin memprihatinkan, bahkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 juga tidak terinternalisasi secara memadai. Sebagian siswa sekolah dasar dan menengah masih senang tawuran, sementara para elit politik dan pemimpin bangsa di berbagai level giat mempertontonkan tawuran model lain dalam bentuk perebutan kekuasaan dan penyalahgunaan kekuasaan tersebut. Rakyat banyak semakin menderita dan eksploitasi terhadap mereka semakin marak. Gejala-gejala tersebut adalah sebagian kecil dari bukti empiris tidak berfungsinya pendidikan nasional dalam mendidik moral dan akhlak anak bangsa. Keadaan ini mudah dipahami, karena pendidikan dasar yang diharapkan sebagai peletak dasar bagi pembentukan watak, moral dan akhlak terlalu banyak diisi dengan pendidikan pengetahuan melalui metode mengajar pemberitahuan. Konten kurikulum yang harus dipelajari peserta didik sangat banyak sehingga peserta didik dan guru tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menciptakan dan mengembangkan iklim sekolah yang kondusif bagi interaksi edukatif guna terjadinya internalisasi nilai, karena semua waktu belajar terserap untuk menyajikan konten pengetahuan dari kurikulum. b. Lulusan lembaga-lembaga pendidikan dari berbagai jenis dan jenjang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja, karena pendidikan kita terlalu berorientasi kepada pendidikan akademis yang dilengkapi sertifikat, ijazah dan gelar, sehingga menciptakan budaya mengejar gelar tanpa mempersoalkan kompetensi yang menyertai gelar tersebut. Gejala tersebut telah menjadikan pendidikan nasional tidak mampu menghasilkan manusia Indonesia yang siap dan mampu bekerja dengan kualitas dan produktivitas tinggi. Pendidikan vokasi yang terdiri atas sekolah kejuruan di tingkat pendidikan menengah, serta program diploma dan politeknik di tingkat pendidikan tinggi tidak mampu menghasilkan lulusan yang mampu dan siap bekerja. Di lain pihak masyarakat tidak berminat memasuki pendidikan kejuruan yang mempersiapkan mereka untuk bekerja karena lebih mengejar ijazah dan gelar. Akibatnya pendidikan nasional tidak mampu mengemban fungsinya menghasilkan manusia Indonesia yang siap dan mampu bekerja dengan kualitas dan produktivitas tinggi. c. Pendidikan nasional juga tertinggal dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena rendahnya mutu pendidikan intelektual pada tingkat pendidikan menengah. Pendidikan menengah juga terlalu banyak diwarnai oleh pendidikan pengetahuan melalui metode mengajar pemberitahuan untuk menyampaikan materi atau konten kurikulum yang terlalu banyak. Selain itu pendidikan nasional juga kurang serius dalam memperhitungkan lingkungan strategis pendidikan nasional, baik lingkungan regional maupun lingkungan internasional. d. Berdasarkan Inpres Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Korupsi yang bisa dikembangkan di sekolah sebagai langkah awal tindakan preventif pencegahan tindakan korupsi. e. Berdasarkan Inpres Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Ekonomi Kreatif yang harus dikembangkan di sekolah dalam rangka menciptakan inovasi baru yang dapat meningkatkan kreatifitas seluruh warga sekolah. f. Permasalahan lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah pelaksana, pengelola, dan penentu kebijakan pendidikan nasional. Sampai saat ini para penentu kebijakan pendidikan, bahkan sampai kepada para pengelola pendidikan sebagian besar masih memandang pendidikan secara parsial dan bahkan mereka memandang pendidikan hanya sebagai sekolah, belajar pengetahuan, dan ujian, sehingga menonjolkan nilai hasil ujian sebagai indikator utama mutu pendidikan nasional. Akibatnya mutu pendidikan hanya dinilai dari hasil belajar kognitif melalui tes pengetahuan. B. TUJUAN Tujuan kunjungan ke satuan pendidikan adalah: 1. Dapat menganalisis, mengembangkan, dan memberikan masukan kepada sekolah yang di tuju (SMP Negeri 4 Samarinda) berupa pengembangan silabus dan RPP. 2. Dapat menganalisis dan memberikan masukan kepada guru yang mengajar di kelas dalam pengembangan pembelajaran aktif dan kreatif. 3. Dapat menganalisis dan memberikan masukan berkaitan dengan pengembangan sarana prasarana dan lingkungan yang berorientasi HBS (Hijau, Bersih, Sehat). 4. Dapat menganalisis dan berbagi pengalaman tentang manajemen organisasi sekolah. 5. Dokumentasi terlampir (instrumen analisis, observasi, observasi, wawancara, dan foto-foto). C. HASIL YANG DIHARAPKAN Peserta BANTEK Profesional Pengembangan Kurikulum bagi TPK: 1. Dapat secara nyata menganalisis, mengembangkan, dan menerapkan data dan fakta di lapangan sesuai kondisi. 2. Dapat memberikan masukan sebagai bentuk kreatifitas dan inovasi dalam pengembangan sekolah. BAB II PELAKSANAAN A. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan kunjungan ke satuan pendidikan dalam kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2012 di SMP Negeri 4 Samarinda. B. PROFIL SEKOLAH 1. a. Identitas Nama Sekolah : SMP Negeri 4 Samarinda Alamat : Jl. Ir. H. Juanda : (Kecamatan) Samarinda Ulu : (Kabupaten/Kota) Samarinda : (Propinsi) Kalimantan Timur Telepon/HP/Fax : 0541-7774016 e-mail dan Website : smp4smd@yahoo.co.id Status Sekolah : Negeri Nilai Akreditasi : A b. Jumlah Siswa Kelas VII Jumlah siswa Laki-laki : 114 siswa Jumlah siswa Perempuan : 160 siswa Total : 274 siswa Kelas VIII Jumlah siswa Laki-laki : 139 siswa Jumlah siswa Perempuan : 133 siswa Total : 272 siswa Kelas IX Jumlah siswa Laki-laki : 170 siswa Jumlah siswa Perempuan : 175 siswa Total : 345 siswa Jumlah total seluruh siswa adalah 930 siswa. Jumlah Pendidik : 65 orang Jumlah Tenaga Kependidikan : 20 orang c. Jumlah Rombongan Belajar: Kelas VII sebanyak 9, kelas VIII sebanyak 9, kelas IX sebanyak 9 rombel. Jumlah total sebanyak 27 rombel. Kondisi nyata SMP Negeri 4 Samarinda Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Samarinda berdiri tahun 1978 dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia . Sekolah ini berdiri di Kelurahan Air Putih, Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda. Sebagai Unit Gedung Baru, kondisi sekolah pada saat awal berdiri sangat terbatas baik pendidik, tenaga kependidikan, sarana prasarana, maupun lingkungannya. Dari tahun ke tahun SMP Negeri 4 Samarinda mulai mengalami kemajuan dan berupaya keras untuk mengejar ketinggalan agar dapat disearakan dengan sekolah yang berstandar nasional. SMP Negeri 4 Samarinda merupakan salah satu SMP Negeri yang berada di Kelurahan Air Putih, Kecamatan Samarinda Ulu, menempati tanah seluas 10.400 m2. Di sekitar sekolah ini terdapat juga tiga sekolah, yakni SMP Negeri 5, SMA Negeri 3, dan SMA Negeri 5. Lokasi sekolah dapat dikatakan strategis karena berada di jalan protokol , sehingga akses menuju sekolah mudah dijangkau dengan angkutan umum atau kendaraan lainnya. Dengan letak yang demikian dan didukung oleh beberapa prestasi sekolah menyebabkan sekolah ini banyak diminati oleh calon peserta didik pada saat penerimaan peserta didik baru. Terbukti pada penerimaan peserta didik dari tahun ke tahun mengalami kenaikkan. Kondisi masyarakat di sekitar lingkungan sekolah yang terletak di kota Samarinda, dapat dikatakan relatif memiliki wawasan yang memadai. Kehidupan kota Samarinda sebagai ibu kota Provinsi memberikan kemudahan untuk mengakses berbagai informasi sebagai ciri majunya suatu kota atau negara. Masyarakat di sekitar sekolah ini bekerja di berbagai sektor seperti pegawai negeri, pegawai perusahaan, pedagang, sektor nonformal, dll. Keadaan ini memiliki nilai positif bagi sekolah, yaitu pola pikir yang maju dan terbuka sehigga sangat mendukung kemajuan sekolah. Kondisi sosial ekonomi orang tua atau wali murid sangat beragam, walaupun demikian, mereka memiliki kepedulian atau perhatian yang cukup tinggi pada sekolah dan berdampak bagi perkembangan pendidikan di SMP Negeri 4 Samarinda. C. STRATEGI KEGIATAN Kelompok BANTEK SMP beranggotakan 9 anggota yan g terdiri dari guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan widya iswara. Strategi pembagian tugas dibagi berdasarkan masing-masing sub: 1. Wawancara dilaksanakan oleh dua orang (pengawas dan widya iswara). 2. Tugas observasi kelas dilakukan oleh dua orang guru. 3. Observasi lingkungan dilakukan oleh dua orang guru 4. Observasi sarpras dilakukan dua orang kepala sekolah 5. Pelaporan dikoordinasikan dan dilakukan oleh ketua dan sekretaris   BAB III HASIL KUNJUNGAN A. HASIL ANALISIS DOKUMEN PEMBELAJARAN (SILABUS-RPP) 1. Kurikulum SMP Negeri 4 sudah sesuai dengan panduan penyusunan KTSP dari BNSP yang sudah terintegrasi dengan pendidikan karakter. 2. Visi dan Misi sekolah sudah terintegrasi dengan pendidikan karakter. 3. Tujuan sekolah sudah sesuai dengan visi dan misi sekolah yang berkarakter. 4. Silabus dan RPP guru sudah lengkap namun sebagian kecil isi dari silabus dan RPP guru belum mengintegrasikan pendidikan karakter. 5. Format RPP belum sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Pendidikan. B. HASIL OBSERVASI KELAS 1. Pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang dibuat oleh guru. 2. Dalam proses pembelajaran sudah mencerminkan adanya pendidikan karakter. C. HASIL OBSERVASI LINGKUNGAN DAN SARPRAS SEKOLAH 1. Sekolah memiliki halaman yang cukup asri, tertata rapi, dan indah meskipun belum terdapat serapan air (biopori) yang terdapat di area sekolah, tetapi hal ini tidak berpengaruh besar terhadap penataan lingkungan karena sekolah memiliki saluran pembuangan air limbah yang memadai. 2. Sekolah melakukan pengelolaan pembuangan sampah dengan baik karena terdapatnya tempat pembungan yang cukup memiliki peralatan kebersihan, tempat cuci tangan, kamar mandi, WC, air bersih, dan tandon yang sesuai dengan kebutuhan sekolah, meskipun belum terdapat himbauan berupa stiker untuk mematikan listrik dan air sesuai dengan himbauan pemerintah. 3. Sekolah memiliki majalah dinding sebagai media komunikasi dan informasi, terdapat fasilitas tempat temuan barang meskipun belum dilengkapi dengan pengumuman barang hilang, kotak saran dan pengaduan, serta belum adanya kantin kejujuran. 4. Ruang kelas belajar sudah neniliki sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan kelas. 5. Perpustakaan sekolah sudah sesuai dengan standar sarana dan prasarana. D. HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH 1. Warga sekolah memahami dan mengetahui adanya kebijakan untuk melaksanakan pendidikan karakter yang diperoleh dari pedoman pelaksanaan pendidikan karakter. 2. Adanya komitmen bersama warga sekolah untuk mensosialisasikan dan melaksanakan pendidikan karakter di sekolah. 3. Sekolah menyusun program, melaksanakan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan pendidikan karakter secara rutin setiap tahun. 4. Dalam program pendidikan karakter sekolah memprioritaskan beberapa nilai-nilai karakter. 5. Pelaksanaan pendidikan karakter dilaksanakan melalui integrasi pada manajemen berbasis sekolah (MBS), proses pembelajaran, dan pembiasaan. 6. Adanya dukungan pelaksanaan pendidikan karakter dari Pusat, Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas Pendidikan Kota, dan instansi atau pihak terkait. E. DOKUMEN HASIL KUNJUNGAN PERTEMUAN TIM DENGAN KEPALA SEKOLAH WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH WAWANCARA TENTANG DOKUMEN PEMBALAJARAN DENGAN WAKA KURIKULUM OBSERVASI KELAS BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Hasil kunjungan kelompok BANTEK SMP diantaranya: 1. Kurikulum SMP Negeri 4 Samarinda sudah memenuhi standar dan sudah terintegrasi pendidikan karakter bangsa (pembelajaran aktif, kewirausahaan, dan ekonomi kreatif). 2. Pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan RPP namun silabus dan RPPnya belum terintegrasi dengan pendidikan karakter bangsa. 3. Lingkungan sekolah sudah kondusif mengacu pada pedoman Hijau, Bersih, dan Sehat (HBS). Penataan Sekolah sudah sesuai dengan standar. 4. Hasil wawancara kepala sekolah: a. Warga sekolah memahami/mengetahui adanya kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan karakter. b. Semua warga sekolah berkomitmen untuk menjalankan pendidikan karakter sesuai dengan bidangnya masing-masing. c. Adanya dukungan dari Dinas Pendidikan Propinsi dan Dinas Pendidikan Kota dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. B. REKOMENDASI 1. Pada perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP) yang belum mengintegrasikan pendidikan karakter hendaknya mengintegrasikan. 2. Pada lingkungan sekolah perlu dilengkapi hal-hal yang belum dimiliki misalnya slogan hemat air dan listrik. 3. Adanya pembinaan secara kontinyu pelaksanaan pendidikan karakter dari berbagai pihak dan instansi yang terkait.   LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Surat Keterangan Kepala Sekolah 2. Instrumen Analisis Dokumen KTSP 3. Instrumen Observasi Pembelajaran 4. Instrumen Observasi Lingkungan Fisik Sekolah 5. Instrumen Wawancara 6. Foto Halaman Sekolah 7. Foto Ruang Kelas 8. Foto Lingkungan 9. Foto WC Sekolah 10. Foto Slogan 11. Action Plans 12. Soft copy Dokumen 1 dan Dokumen 2 dari SMP Negeri 4 Samarinda dan SMP Negeri 21 Samarinda
FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS PEMBELAJARAN YAITU: a. Tujuan Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar mengajar berpangkal dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran. Sedikit banyaknya perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar anak didik. Guru dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar guna mencapai tujuan. Jika belajar anak didik dan kegiatan mengajar guru bertentangan, dengan sendirinya tujuan pengajaran pun gagal untuk dicapai. b. Guru Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, tekhnik dan taktik pembelajaran. Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak dipundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Guru sangat menentukan bagi keberhasilan anak mengingat guru adalah pengajar, pembimbing dan penuntun anak. Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru diantaranya: 1) Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk aspek tersebut adalah tempat kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya dan ada istiadat, keadaan keluarga dari mana guru itu berasal. 2) Teacher trining experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru misalnya pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan. 3) Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru misalnya sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan dalam penguasaan materi pelajar. c. Anak Didik (siswa) Menurut Dunkin, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi : 1) Latar belakang siswa (pupil formative experience) meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi, dari keluarga bagaimana siswa berasal dll. Kepribadian mereka bermacam-macam ada yang pendiam, ada yang periang, ada yang suda bicara, ada yang kreatif, keras kepala, manja dan sebagainya. 2) Sifat yang dimiliki siswa (pupil properties) meliputi kemampuan, pengetahuan dan sikap. Tidak dapat disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan atau tingkat kecerdasan yang bervariasi. Perbedaan-perbedaan semacam itu menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. Karena itu perbedaan anak pada aspek biologis, intelektual dan psikologis tersebut dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Anak didik atau siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi jarak dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. d. Sarana dan Prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain-lain. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain-lain. Kelengkapan saran dan prasarana akan membantu guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasana. Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua dimensi yaitu sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai proses pengaturan lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Jika mengajar dipandang sebagai proses penyampaian materi, maka dibutuhkan sarana pembelajaran berupa alat dan bahan yang dapat menyalurkan pesan secara efektif dan efisien, sedangkan manakala mengajar dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa dapat belajar, maka dibutuhkan sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Kedua, kelengkapan saran dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada dasarnya memiliki gaya belajar yang berbeda. Siswa yang auditif akan lebih mudah belajar melalui pendengar, sedangkan tipe siswa yang visual akan lebih mudah belajar melalui penglihatan. e. Kegiatan Pembelajaran. Pola umum kegiatan pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekatan individual, misalnya berusaha memahami anak didi sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula. Perpaduan dari kedua pendekatan itu malah akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang lebih baik. Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Hasil pembelajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode ceramah tidak sama dengan hasil pembelajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode tanya jawab atau metode diskusi. f. Lingkungan Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu : 1) Faktor organisasi kelas, yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan : a) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit. b) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada. Misalnya dalam penggunaan waktu diskusi. Jumlah siswa yang terlalu banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa. c) Kepuasan belajar setiap siswa akan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan kelompok belajar yang terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah. d) Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan sukar mencapai kesepakatan. Kelompok yang terlalu besar cenderung akan terpecah ke dalam sub-sub kelompok yang saling bertentangan. e) Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru. f) Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok. 2) Faktor iklim sosial – psikologis, maksudnya keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal dan eksternal. Iklim sosial – psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Sekolah yang mempunyai hubungan yang baik secara internal, yang ditunjukkan oleh kerjasama antar guru, salaing menghargai dan saling membantu, maka memungkinkan iklim belajar menjadi sejut dan tenang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Sebaliknya, manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan mempengaruhi psikologis siswa dalam belajar. Iklim sosial – psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan sebagainya. Iklim sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah) semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. g. Bahan dan Alat Evaluasi Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bila tiba masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal evaluasi. Gurulah yang membuat dengan perencanaan yang sistematis dan dengan menggunakan alat evaluasi. Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya benar-salah (true – false) dan pilihan ganda (multiple choise) tapi juga menjodohkan (matching), melengkapi (completion) dan essay. Masingmasing alat evaluasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Benar – salah ( B – S) dan pilihan ganda adalah bagian dari tes objetif. Maksdunya, objektive dalam hal pengoreksian, tapi belum tentu objektif dalam jawaban yang dilakukan oleh anak-anak didik. Karena sifat alat ini mengharuskan anak didik memilih jawaban yang sudah disediakan dan tidak ada alternatif lain diluar dari alternatif itu, maka bila anak didik tidak dapat menjawabnya, cenderung melakukan tindakan spekulasi pengambilan sikap untung-untungan ketimbang tidak bisa. Alat test dalam bentuk essay dapat mengurangi sikap dan tindakan spekulasi pada anak didik. Sebab test ini hanya dapat dijawab bila anak didik betul-betul menguasai bahan pelajaran dengan baik. Bila tidak, kemungkinan besar anak didik tidak dapat menjawabnya dengan baik dan benar. Kelemahan alat test ini adalah dari segi pembuatan item soal tidak semua bahan pelajaran dalam satu semester dapat tertampung untuk disuguhkan kepada anak didik pada waktu ulangan. Essay memang alat test yang tidak objektif, karena dalam penilaiannya, kalaupun ada standar penilaian, masih terpengaruh dengan selera guru. Apalagi bila tulisan anak didik tidak mudah terbaca, kejengkelan hati segera muncul dan pemberian nilai tanpa pemeriksaanpun dilakukan. Berbagai permasalahan yang telah dikemukaan tersebut mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Validitas dan reliabilitas data dari hasil evaluasi itulah yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Bila alat tes itu tidak valid dan tidak reliable, maka tidak dapat dipercaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar mengajar. h. Suasana Evaluasi Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Semua anak didik dibagi menurut kelas masing-masing dan tingkatan masingmasing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang adalah tekhnik lain dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar objektif. Karena sikap mental anak didik belum semuanya siap untuk berlaku jujur, maka dihadirkanlah satu atau dua orang pengawas atau guru yang ditugaskan untuk mengawasinya. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang pengawas mengamati semua sikap, gerak gerik yang dilakukan oleh anak didik. Sikap yang merugikan pelaksanaan evaluasi dari seorang pengawas adalah membiarkan anak didik melakukan hubungan kerja sama diantara anak didik. Pengawas seolah-olah tidak mau tau apa yang dilakukan oleh anak didik selama ulangan. Lebih merugikan lagi adalah sikap pengawas yang sengaja menyuruh anak didik membuka buku atau catatan untuk mengatasi ketidakberdayaan anak didik dalam menjawab item-item soal. Dengan dalih, karena koreksinya sistem silang, malu kebodohan anak didik diketahui oleh sekolah lain. Suasana evaluasi yang demikian tentu saja, disadari atau tidak, merugikan anak didik untuk bersikap jujur dengan sungguh-sungguh belajar di rumah dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan. Anak didik merasa diperlakukan secara tidak adil, mereka tentu kecewa, mereka sedih, mereka berontak dalam hati, mengapa harus terjadi suasana evaluasi yang kurang enak dipandang mata. Dimanakah penghargaan pengawas atas jerih payahnya belajar selama ini. Dampak dikemudian hari dari sikap pengawas yang demikian, adalah mengakibatkan anak didik kemungkinan besar malas belajar dan kurang memperhatikan penjelasan ketika belajar mengajar berlangsung. Hal inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi pada diri anak didik. Inilah dampak yang merugikan terhadap kualitas pembelajaran. (Syamsul Hadi, http://hadirukiyah.blogspot.com).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al-Qur’an adalah Kalamullah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, membacanya termasuk ibadah dan tidak akan di tolak kebenarannya. Al-Qur’an adalah kitab Allah yang mulia dan wahyu langit yang terakhir ke bumi ini dijaga oleh Allah dari segala bentuk pengubahan. Ia dijadikan sebagai rahmat serta petunjuk bagi manusia. Allah juga menjadikannya tabir dan penjaga bagi pembaca dan penghafalnya. Al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi manusia, keterangan mengenai petunjuk serta pemisah antara yang hak dan yang bathil. Allah SWT. firman: #n~îæp @äîînfe ú9s lã=î^eã u~îY d?îmã 7|;eã läNi< =tE ÄØßÜ á Õ=^çeãÅÁÁÁ lä]=Zeãp ú9teã oi Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al-Baqarah (2) : 185) Al-Qur’an mengandung nilai ibadah dalam membaca, memahami dan mengamalkannya, kitab yang berisikan nilai dan norma-norma yang mampu mengatur kehidupan manusia dalam beribadah dan bermasya-rakat, berbangsa, dan bernegara. Al-Qur’an adalah hujjah yang mendukungmu atau melawanmu. Al-Qur’an juga merupakan satu-satunya kitab suci yang dijamin keasliannya oleh Allah SWT. sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. hingga sekarang bahkan sampai hari kemudian. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT. yang berbunyi: Äà á=.<ãÅ lqîÏZ2îe ue äîmãp =a ;eã äînîe?îm o2îm äîmã Artinya : “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr (15) : 9) Demikianlah penegasan Allah mengenai jaminan kemurnian dan pemeliharaan Al-Qur’an dari berbagai perubahan dan pemalsuan. Sebagai bukti perhatian yang dilakukan Rasulullah SAW. dan para sahabatnya dalam menjaga kemurnian Al-Qur’an, menurut Ahsin W. Al-Hafidz menjelaskan bahwa : “Ketika wahyu diturunkan kepadanya adalah beliau segera mengha-falnya dan dengan segera pula beliau mengajarkannya kepada para sahabat, sehingga mereka benar-benar menguasai dan menghafalnya dengan baik. sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari, bahwa Rasulullah SAW. berkata kepada Ubay bin Ka'ab: "Sesungguhnya Allah SWT. memerintahkan agar aku mengajarimu membaca Al-Qur'an. Ubay berkata: Adakah Allah menyebut namaku? Rasulullah SAW. menjawab: Ya, kau telah disebut di sisi Tuhan semesta alam. Ubay berkata; akupun berlinang air mata." Perhatian terhadap kemurnian Al-Qur'an juga dilakukan oleh sahabat Umar Ibnu Khattab ra. Perhatian ini bermula setelah terjadinya pertempuran Yamamah, yaitu peperangan antara kaum muslimin dan murtaddin. Dalam peperangan ini dari para sahabat nabi yang hafal Al-Qur'an banyak yang gugur sebagai syuhada, hingga mencapai jumlah 70 orang. Sehubungan dengan peristiwa tersebut, maka terpikirlah oleh Umar untuk mengumpulkan ayat-ayat dan surat-surat yang masih berserakan itu dikumpulkan dalam satu mushaf, hal ini disetujui oleh Khalifah Abu Bakar, kemudian Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkannya dari ayat-ayat Al-Qur’an yang tertulis pada pelepah-pelepah kurma, batu-batu dan dari dada para penghafal Al-Qur’an, hingga akhirnya selesai dikumpulkan dalam satu mushaf, lalu diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar, dan kemudian beliau simpan dengan baik sampai datang hari wafatnya”. Seiring berjalannya waktu, usaha-usaha pemeliharaan Al-Qur’an terus dilakukan dari generasi ke generasi berikutnya, dan salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian Al-Qur’an yaitu dengan menghafalkannya. Ahsin W. Al-hafidz menjelaskan beberapa alasan penting untuk menghafal Al-Qur’an adalah sebagai berikut: 1. Al-Qur’an diturunkan, diterima dan diajarkan oleh Nabi secara hafalan. 2. Hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur merupakan isyarat dan dorongan ke arah tumbuhnya Himmah (urgensi) untuk menghafal. 3. Menghafal Al-Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah, sebagaimana disebutkan oleh Syeikh Muhammad Makki Nasr dalam Nihayah Qaulul Mufid dikatakan bahwa: Ö~îZîa L=îY èf] =îtÎ oQ l?ã=î^eã ÐZ1 lã Artinya : “Sesungguhnya menghafal Al-Qur’an di luar kepala hukumnya fardu kifayah”. Demikian pula mengajarkannya adalah fardu kifayah dan merupakan ibadah yang utama. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.” ujfQp lEã=^îeã kîîfR% oi ka=îî~5 (٧۶٣ :ﺚﻳﺪﺤﻟا ﻢﻗر ناﺮﻘﻟا ةءاﺮﻗ ﺔﻠﻴﻀﻓ بﺎﺑ ﻦﻴﺤﻟﺎﺼﻟا ضﺎﻳر حﺮﺷ ﻦﻣىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور) Artinya : "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan kemudian mengajarkannya." (HR. Bukhari). Dalam proses menghafal Al-Qur’an, hendaknya setiap orang memanfaatkan usia-usia yang berharga, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang sholeh terdahulu dalam mengajarkan Al-Qur'an kepada anak-anaknya, mereka lakukan sejak usia dini, sehingga banyak dari tokoh ulama yang sudah hafal Al-Qur’an pada usia sebelum akil baligh, Imam Syafi’i misalnya telah hafal Al-Qur’an pada usia sepuluh tahun, begitupun Ibnu Sina, alim dibidang kedokteran. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia sekarang ini banyak menghadapi tantangan yang sangat besar dari berbagai aspek. Tantangan tersebut diantaranya adalah aspek mental spiritual dan ditambah lagi dengan aspek lain baik dibidang ekonomi dan sosial, sehingga bangsa ini harus mengerahkan segala kemampuan untuk menghadapi tantangan tersebut. Apalagi saat ini bangsa Indonesia masih mengalami berbagai krisis. Hal ini semakin mempertegas perlunya pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang cerdas dan memiliki mental spiritual yang tangguh. Sumber daya manusia Indonesia yang cerdas dan memiliki mental spiritual yang tangguh dapat ditempuh melalui jalur pendidikan yang berkualitas baik formal maupun nonformal. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda sebagai lembaga pendidikan nonformal telah menyelenggarakan sistem pendidikan yang mengacu pada penerapan pelaksanaan ajaran Islam secara “kaffah”. Artinya kaffah disini adalah bahwa sasaran pendidikan tidak hanya keberhasilan dalam aspek penguasaan dan moral, tetapi juga aspek kemandirian dan keterampilan, aspek-aspek ini antara satu dengan yang lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda dalam menyelenggarakan pendidikan termasuk lembaga yang berupaya mengoptimalkan potensi para santri agar dapat berkembang melalui pola pendidikan yang terpadu antara aspek aqliyah, ruhiyah, dan jismiyah. Aspek aqliyah adalah aspek yang berhubungan dengan daya pikir atau intelektual yang merupakan dasar-dasar ilmu yang berhubungan dengan rasionalitas-objektif (ilmiah). Aspek ruhiyah atau aspek spiritual adalah aspek yang berhubungan dengan ilmu-ilmu keagamaan, pembentukan mentalitas atau sikap. Aspek jismiyah adalah aspek-aspek yang berhubungan dengan keterampilan Secara faktual pendidikan yang ada khususnya Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda melibatkan tiga unsur pelaksana, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat sesuai dengan peran, keterli-batan, dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Peneliti telah memilih untuk mencoba meneliti sistem pembelajaran menghafal Al-Qur’an dengan mempelajari pola pendidikan, strategi, metode, faktor pendukung dan penghambat keberhasilan dalam pelaksanaan program pembelajaran menghafal Al-Qur’an 30 Juz di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda, karena pondok pesantren tersebut adalah contoh unggulan dari kebijakan penyelenggaraan pendidikan Al-Qur’an di Samarinda. Peneliti tertarik memilih untuk melakukan penelitian ini di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda antara lain disebabkan karena: a. Kekhasan yang menjadi karakteristik khusus dari Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda yaitu penyelenggaraan pendidikan bidang khusus Tahfidzul Qur’an. b. Teknik penerapan strategi dan metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang diterapkan oleh para pengasuh (ustadz/ustadzah) dan yang dilaksanakan oleh para santri dalam usahanya mencapai tujuan. c. Usaha-usaha para pembina dan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan dan sistem pembelajaran menghafal Al-Qur’an dan juga upaya-upaya mereka mengatasi setiap kendala yang dihadapinya. d. Adanya pola atau sistem percepatan menghafal Al-Qur’an selain sistem standar yang telah diterapkan dalam proses pendidikan e. Adanya penetapan target pencapaian terutama bagi santri baru yang memilki kewajiban cukup ketat dengan persyaratan kewajiban menghafal minimal 10 Juz pada tahun pertama, mereka tidak dianjurkan untuk mengikuti pendidikan formal selama satu tahun pertama ketika menjadi santri dengan tujuan agar mereka lebih fokus pada proses menghafal Al-Qur’an dan hasil dari penerapan pola ini ada beberapa santri yang mampu mencapai target lebih cepat dari target yang telah ditetapkan. f. Adanya anggapan dikalangan tertentu dilingkungan kaum muslimin khususnya di Samarinda bahwa untuk menghafal Al-Qur’an sulit bahkan teramat sulit, tetapi pada kenyataannya hal ini tidak berlaku bagi santri pondok pesantren ini. g. Prestasi para santri dan alumninya dibidang akademis terutama bidang Tahfidzul Qur’an tergolong baik, hal ini terbukti dengan cukup banyaknya santri yang mampu melanjutkan pendidikan di Kairo Mesir dan Hadral Maut Yaman. Sehingga sepulangnya mereka dari pendidikan, mereka ada menjadi pendiri, pengasuh dan pengajar pondok pesantren dibidang yang sama atau dibidang lainnya. h. Prestasi para santri dan alumni di bidang Hifdzil Qur’an pada setiap kegitan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) untuk bidang Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) juga cukup membanggakan dari tingkat kecamatan bahkan sampai tingkat Nasional. Beberapa hal sebagaimana tersebut di atas yang membuat peneliti tertarik mengangkat masalah ini dan menjadikannya usulan bagi peneliti untuk mengkaji studi ini secara mendalam. B. Rumusan Masalah Latar belakang masalah diformulasikan ke dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan strategi dan metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang dilaksanakan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda? 2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat keberhasilan dalam pelaksanaan program pembelajaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Penerapan strategi dan metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda. 2. Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada semua pihak terkait, baik kalangan akedemis, maupun para pengelola lembaga pendidikan dibidang Tahfidzul Qur’an. Oleh sebab itu rancangan penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat dalam: 1. Memajukan teknis penerapan strategi dan metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda. 2. Memberitahukan faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda. 3. Memberikan masukan dan solusi kepada lembaga terkait khususnya para guru (Asatidz) dalam menerapkan strategi dan metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Al-Qur’an adalah Kalamullah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat Jibril, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, membacanya termasuk ibadah dan tidak akan di tolak kebenarannya. Al-Qur’an adalah kitab Allah yang mulia dan wahyu langit yang terakhir ke bumi ini dijaga oleh Allah dari segala bentuk pengubahan. Ia dijadikan sebagai rahmat serta petunjuk bagi manusia. Allah juga menjadikannya tabir dan penjaga bagi pembaca dan penghafalnya. Al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi manusia, keterangan mengenai petunjuk serta pemisah antara yang hak dan yang bathil. Allah SWT. firman: #n~îæp @äîînfe ú9s lã=î^eã u~îY d?îmã 7|;eã läNi< =tE ÄØßÜ á Õ=^çeãÅÁÁÁ lä]=Zeãp ú9teã oi Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al-Baqarah (2) : 185) Al-Qur’an mengandung nilai ibadah dalam membaca, memahami dan mengamalkannya, kitab yang berisikan nilai dan norma-norma yang mampu mengatur kehidupan manusia dalam beribadah dan bermasya-rakat, berbangsa, dan bernegara. Al-Qur’an adalah hujjah yang mendukungmu atau melawanmu. Al-Qur’an juga merupakan satu-satunya kitab suci yang dijamin keasliannya oleh Allah SWT. sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. hingga sekarang bahkan sampai hari kemudian. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT. yang berbunyi: Äà á=.<ãÅ lqîÏZ2îe ue äîmãp =a ;eã äînîe?îm o2îm äîmã Artinya : “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr (15) : 9) Demikianlah penegasan Allah mengenai jaminan kemurnian dan pemeliharaan Al-Qur’an dari berbagai perubahan dan pemalsuan. Sebagai bukti perhatian yang dilakukan Rasulullah SAW. dan para sahabatnya dalam menjaga kemurnian Al-Qur’an, menurut Ahsin W. Al-Hafidz menjelaskan bahwa : “Ketika wahyu diturunkan kepadanya adalah beliau segera mengha-falnya dan dengan segera pula beliau mengajarkannya kepada para sahabat, sehingga mereka benar-benar menguasai dan menghafalnya dengan baik. sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari, bahwa Rasulullah SAW. berkata kepada Ubay bin Ka'ab: "Sesungguhnya Allah SWT. memerintahkan agar aku mengajarimu membaca Al-Qur'an. Ubay berkata: Adakah Allah menyebut namaku? Rasulullah SAW. menjawab: Ya, kau telah disebut di sisi Tuhan semesta alam. Ubay berkata; akupun berlinang air mata." Perhatian terhadap kemurnian Al-Qur'an juga dilakukan oleh sahabat Umar Ibnu Khattab ra. Perhatian ini bermula setelah terjadinya pertempuran Yamamah, yaitu peperangan antara kaum muslimin dan murtaddin. Dalam peperangan ini dari para sahabat nabi yang hafal Al-Qur'an banyak yang gugur sebagai syuhada, hingga mencapai jumlah 70 orang. Sehubungan dengan peristiwa tersebut, maka terpikirlah oleh Umar untuk mengumpulkan ayat-ayat dan surat-surat yang masih berserakan itu dikumpulkan dalam satu mushaf, hal ini disetujui oleh Khalifah Abu Bakar, kemudian Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkannya dari ayat-ayat Al-Qur’an yang tertulis pada pelepah-pelepah kurma, batu-batu dan dari dada para penghafal Al-Qur’an, hingga akhirnya selesai dikumpulkan dalam satu mushaf, lalu diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar, dan kemudian beliau simpan dengan baik sampai datang hari wafatnya”. Seiring berjalannya waktu, usaha-usaha pemeliharaan Al-Qur’an terus dilakukan dari generasi ke generasi berikutnya, dan salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan kemurnian Al-Qur’an yaitu dengan menghafalkannya. Ahsin W. Al-hafidz menjelaskan beberapa alasan penting untuk menghafal Al-Qur’an adalah sebagai berikut: 1. Al-Qur’an diturunkan, diterima dan diajarkan oleh Nabi secara hafalan. 2. Hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur merupakan isyarat dan dorongan ke arah tumbuhnya Himmah (urgensi) untuk menghafal. 3. Menghafal Al-Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah, sebagaimana disebutkan oleh Syeikh Muhammad Makki Nasr dalam Nihayah Qaulul Mufid dikatakan bahwa: Ö~îZîa L=îY èf] =îtÎ oQ l?ã=î^eã ÐZ1 lã Artinya : “Sesungguhnya menghafal Al-Qur’an di luar kepala hukumnya fardu kifayah”. Demikian pula mengajarkannya adalah fardu kifayah dan merupakan ibadah yang utama. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.” ujfQp lEã=^îeã kîîfR% oi ka=îî~5 (٧۶٣ :ﺚﻳﺪﺤﻟا ﻢﻗر ناﺮﻘﻟا ةءاﺮﻗ ﺔﻠﻴﻀﻓ بﺎﺑ ﻦﻴﺤﻟﺎﺼﻟا ضﺎﻳر حﺮﺷ ﻦﻣىرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور) Artinya : "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan kemudian mengajarkannya." (HR. Bukhari). Dalam proses menghafal Al-Qur’an, hendaknya setiap orang memanfaatkan usia-usia yang berharga, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang sholeh terdahulu dalam mengajarkan Al-Qur'an kepada anak-anaknya, mereka lakukan sejak usia dini, sehingga banyak dari tokoh ulama yang sudah hafal Al-Qur’an pada usia sebelum akil baligh, Imam Syafi’i misalnya telah hafal Al-Qur’an pada usia sepuluh tahun, begitupun Ibnu Sina, alim dibidang kedokteran. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia sekarang ini banyak menghadapi tantangan yang sangat besar dari berbagai aspek. Tantangan tersebut diantaranya adalah aspek mental spiritual dan ditambah lagi dengan aspek lain baik dibidang ekonomi dan sosial, sehingga bangsa ini harus mengerahkan segala kemampuan untuk menghadapi tantangan tersebut. Apalagi saat ini bangsa Indonesia masih mengalami berbagai krisis. Hal ini semakin mempertegas perlunya pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang cerdas dan memiliki mental spiritual yang tangguh. Sumber daya manusia Indonesia yang cerdas dan memiliki mental spiritual yang tangguh dapat ditempuh melalui jalur pendidikan yang berkualitas baik formal maupun nonformal. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda sebagai lembaga pendidikan nonformal telah menyelenggarakan sistem pendidikan yang mengacu pada penerapan pelaksanaan ajaran Islam secara “kaffah”. Artinya kaffah disini adalah bahwa sasaran pendidikan tidak hanya keberhasilan dalam aspek penguasaan dan moral, tetapi juga aspek kemandirian dan keterampilan, aspek-aspek ini antara satu dengan yang lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda dalam menyelenggarakan pendidikan termasuk lembaga yang berupaya mengoptimalkan potensi para santri agar dapat berkembang melalui pola pendidikan yang terpadu antara aspek aqliyah, ruhiyah, dan jismiyah. Aspek aqliyah adalah aspek yang berhubungan dengan daya pikir atau intelektual yang merupakan dasar-dasar ilmu yang berhubungan dengan rasionalitas-objektif (ilmiah). Aspek ruhiyah atau aspek spiritual adalah aspek yang berhubungan dengan ilmu-ilmu keagamaan, pembentukan mentalitas atau sikap. Aspek jismiyah adalah aspek-aspek yang berhubungan dengan keterampilan Secara faktual pendidikan yang ada khususnya Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda melibatkan tiga unsur pelaksana, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat sesuai dengan peran, keterli-batan, dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Peneliti telah memilih untuk mencoba meneliti sistem pembelajaran menghafal Al-Qur’an dengan mempelajari pola pendidikan, strategi, metode, faktor pendukung dan penghambat keberhasilan dalam pelaksanaan program pembelajaran menghafal Al-Qur’an 30 Juz di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda, karena pondok pesantren tersebut adalah contoh unggulan dari kebijakan penyelenggaraan pendidikan Al-Qur’an di Samarinda. Peneliti tertarik memilih untuk melakukan penelitian ini di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda antara lain disebabkan karena: a. Kekhasan yang menjadi karakteristik khusus dari Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda yaitu penyelenggaraan pendidikan bidang khusus Tahfidzul Qur’an. b. Teknik penerapan strategi dan metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang diterapkan oleh para pengasuh (ustadz/ustadzah) dan yang dilaksanakan oleh para santri dalam usahanya mencapai tujuan. c. Usaha-usaha para pembina dan pengasuh pondok pesantren dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan dan sistem pembelajaran menghafal Al-Qur’an dan juga upaya-upaya mereka mengatasi setiap kendala yang dihadapinya. d. Adanya pola atau sistem percepatan menghafal Al-Qur’an selain sistem standar yang telah diterapkan dalam proses pendidikan e. Adanya penetapan target pencapaian terutama bagi santri baru yang memilki kewajiban cukup ketat dengan persyaratan kewajiban menghafal minimal 10 Juz pada tahun pertama, mereka tidak dianjurkan untuk mengikuti pendidikan formal selama satu tahun pertama ketika menjadi santri dengan tujuan agar mereka lebih fokus pada proses menghafal Al-Qur’an dan hasil dari penerapan pola ini ada beberapa santri yang mampu mencapai target lebih cepat dari target yang telah ditetapkan. f. Adanya anggapan dikalangan tertentu dilingkungan kaum muslimin khususnya di Samarinda bahwa untuk menghafal Al-Qur’an sulit bahkan teramat sulit, tetapi pada kenyataannya hal ini tidak berlaku bagi santri pondok pesantren ini. g. Prestasi para santri dan alumninya dibidang akademis terutama bidang Tahfidzul Qur’an tergolong baik, hal ini terbukti dengan cukup banyaknya santri yang mampu melanjutkan pendidikan di Kairo Mesir dan Hadral Maut Yaman. Sehingga sepulangnya mereka dari pendidikan, mereka ada menjadi pendiri, pengasuh dan pengajar pondok pesantren dibidang yang sama atau dibidang lainnya. h. Prestasi para santri dan alumni di bidang Hifdzil Qur’an pada setiap kegitan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) untuk bidang Musabaqah Hifdzil Qur’an (MHQ) juga cukup membanggakan dari tingkat kecamatan bahkan sampai tingkat Nasional. Beberapa hal sebagaimana tersebut di atas yang membuat peneliti tertarik mengangkat masalah ini dan menjadikannya usulan bagi peneliti untuk mengkaji studi ini secara mendalam. B. Rumusan Masalah Latar belakang masalah diformulasikan ke dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan strategi dan metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang dilaksanakan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda? 2. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat keberhasilan dalam pelaksanaan program pembelajaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Penerapan strategi dan metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda. 2. Faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada semua pihak terkait, baik kalangan akedemis, maupun para pengelola lembaga pendidikan dibidang Tahfidzul Qur’an. Oleh sebab itu rancangan penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat dalam: 1. Memajukan teknis penerapan strategi dan metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda. 2. Memberitahukan faktor pendukung dan penghambat keberhasilan pelaksanaan program pembelajaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an KH. Harun Nafsi Samarinda. 3. Memberikan masukan dan solusi kepada lembaga terkait khususnya para guru (Asatidz) dalam menerapkan strategi dan metode pembelajaran menghafal Al-Qur’an.
mAS KALAU BISA LENGKAPI MATERI PEMBELAJARANNYA